Negara Tetangga RI Demo Besar: Tuntut PM Thailand Paetongtarn Shinawatra Mundur Karena Krisis Ini
Thailand kembali memanas. Ribuan warga turun ke jalan melakukan demonstrasi besar-besaran menuntut Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra mundur dari jabatannya. Aksi ini bukan tanpa sebab. Krisis ekonomi dan harga kebutuhan pokok yang melonjak menjadi pemicu utama gelombang protes di negara yang menjadi tetangga dekat Indonesia ini.
Krisis Ekonomi Memburuk, Rakyat Terjepit
Dalam beberapa bulan terakhir, rakyat Thailand harus menghadapi kenaikan harga pangan, listrik, dan bahan bakar yang memberatkan pengeluaran rumah tangga. Di tengah pemulihan ekonomi pasca pandemi, kondisi ini justru menekan kelas pekerja dan masyarakat berpenghasilan rendah.
Banyak warga mengeluhkan harga beras yang melonjak, harga bahan bakar yang tidak stabil, serta tarif listrik yang semakin mahal. Sementara itu, pendapatan mereka tidak mengalami peningkatan yang signifikan, sehingga mereka kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Kami tidak bisa terus begini, semua harga naik, tetapi gaji kami tetap kecil,” ujar salah satu demonstran yang membawa poster bertuliskan “Turunkan Harga, Naikkan Harapan”.
Tuntutan Mundur untuk Paetongtarn Shinawatra
Gelombang protes ini secara langsung menuntut Paetongtarn Shinawatra untuk turun dari kursi Perdana Menteri. Paetongtarn, yang merupakan putri dari mantan PM Thaksin Shinawatra, dianggap gagal mengendalikan krisis ekonomi yang terjadi di Thailand.
Selain krisis ekonomi, beberapa demonstran juga memprotes kebijakan pemerintah yang dinilai tidak transparan, serta adanya isu korupsi di beberapa proyek pembangunan yang menguras anggaran negara tetapi tidak memberikan dampak langsung pada kesejahteraan rakyat.
Para demonstran terlihat membawa poster bertuliskan “Paetongtarn Mundur!” dan “Kami Butuh Hidup, Bukan Janji!” dalam bahasa Thailand saat aksi berlangsung di pusat kota Bangkok dan beberapa kota besar lainnya.
Aksi Demo Besar dengan Penjagaan Ketat
Demonstrasi ini diikuti ribuan orang dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, pekerja, hingga pedagang kecil. Mereka berjalan kaki menuju gedung pemerintahan sambil meneriakkan yel-yel protes dan tuntutan mundur.
Pihak keamanan Thailand menerjunkan polisi dalam jumlah besar untuk mengamankan jalannya aksi agar tetap kondusif. Meski demikian, bentrokan kecil sempat terjadi ketika demonstran mencoba mendekati gerbang utama kompleks pemerintahan.
Respons Pemerintah Thailand
Pemerintah Thailand hingga saat ini masih berupaya meredam ketegangan dengan menawarkan dialog dengan perwakilan demonstran. Paetongtarn Shinawatra dalam konferensi pers menyatakan memahami kesulitan ekonomi yang dialami rakyat dan berjanji akan mempercepat kebijakan pemulihan ekonomi.
“Kami mendengar suara rakyat, kami akan bekerja lebih keras untuk menurunkan harga kebutuhan pokok dan memperbaiki ekonomi,” ujar Paetongtarn.
Namun, janji tersebut belum cukup untuk meredam kemarahan rakyat yang merasa kecewa atas lambannya perbaikan kondisi ekonomi.
Gejolak di Negeri Gajah Putih
Demo besar yang terjadi di Thailand menjadi pengingat bahwa krisis ekonomi tidak hanya menjadi masalah angka, tetapi juga tentang perut rakyat yang setiap hari harus diisi. Negara tetangga Indonesia ini sedang bergelut dengan tekanan ekonomi yang jika tidak segera ditangani, dikhawatirkan akan memicu gelombang protes lebih besar.
Perjalanan Paetongtarn Shinawatra sebagai Perdana Menteri kini berada di ujung tanduk. Mampukah ia menjawab tuntutan rakyat dan memperbaiki krisis, atau justru akan menjadi pemimpin berikutnya yang harus turun dari kursi kekuasaan akibat desakan rakyat?
Situasi ini menjadi pelajaran berharga bahwa pemulihan ekonomi yang nyata, pemerintahan yang transparan, serta penanganan krisis dengan cepat adalah kunci menjaga stabilitas di tengah tekanan global yang tak menentu.