Jelang Lebaran, Badan Pangan Ingatkan Pentingnya Jinakkan Harga Beras
Menjelang Hari Raya Idul Adha yang tinggal hitungan minggu, Badan Pangan Nasional (Bapanas) kembali menyuarakan kekhawatirannya atas tren kenaikan harga beras yang belum menunjukkan tanda-tanda penurunan. Kondisi ini dinilai dapat berdampak langsung pada daya beli masyarakat serta menimbulkan potensi gejolak sosial jika tidak segera dikendalikan.
Kenaikan Harga Tak Wajar di Pasar Tradisional
Pantauan terakhir Bapanas mencatat bahwa rata-rata harga beras medium di sejumlah pasar tradisional di Jakarta dan kota-kota besar lainnya telah menembus Rp13.000 hingga Rp14.500 per kilogram, naik signifikan dibandingkan bulan sebelumnya. Bahkan, beras premium mulai menyentuh angka Rp16.000 per kilogram, jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, menegaskan bahwa fenomena ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Apalagi menjelang Lebaran, di mana kebutuhan pangan masyarakat meningkat drastis.
“Kami minta seluruh pemangku kepentingan, dari pemerintah daerah hingga pelaku distribusi, untuk berperan aktif dalam menjinakkan harga beras. Jika tidak, masyarakat kecil akan menjadi korban utama,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta.
Ancaman Inflasi dan Gangguan Stabilitas Pasar
Bapanas mengkhawatirkan dampak lanjutan dari kenaikan harga beras terhadap inflasi pangan nasional, mengingat beras merupakan komoditas utama dalam konsumsi rumah tangga Indonesia. Kenaikan harga beras juga bisa memicu lonjakan harga bahan pokok lainnya, terutama menjelang momentum keagamaan seperti Idul Adha.
Ekonom pangan dari INDEF, Dr. Andini Rahmawati, mengingatkan bahwa kenaikan harga pangan pokok dapat berujung pada tekanan ekonomi kelas menengah bawah yang masih belum pulih sepenuhnya dari dampak pandemi dan ketidakpastian global.
“Jika tidak ditangani cepat, kita bukan hanya bicara soal harga, tapi soal kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah menjaga stabilitas pangan,” katanya.
Langkah Intervensi yang Direncanakan
Untuk mengatasi situasi ini, Badan Pangan Nasional mengusulkan beberapa strategi jangka pendek dan menengah, antara lain:
• Optimalisasi stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) untuk operasi pasar.
• Pendistribusian langsung beras murah melalui skema SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan).
• Pemantauan ketat terhadap rantai distribusi, guna menekan praktik spekulasi harga oleh tengkulak atau distributor nakal.
• Koordinasi dengan Bulog dan Kemendag untuk mempercepat realisasi impor beras yang telah direncanakan.
Selain itu, Bapanas juga mendorong percepatan panen dan distribusi hasil petani lokal yang saat ini sedang berlangsung di beberapa wilayah Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan.
Masyarakat Diminta Bijak dan Tidak Panik
Di tengah situasi ini, Bapanas mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan tidak melakukan pembelian dalam jumlah besar (panic buying) yang justru akan memperparah kondisi pasar.
“Pemerintah hadir, dan kami pastikan akan ada cukup stok untuk memenuhi kebutuhan menjelang dan selama Lebaran,” ujar Arief.
Di saat momentum suci dan kebersamaan semakin dekat, kestabilan harga pangan—khususnya beras—adalah kunci menjaga ketenangan dan kesejahteraan masyarakat. Kini, saatnya semua pihak bersatu untuk memastikan tak ada piring yang kosong di hari raya.