Densus 88 Tangkap Terduga Teroris di Bima NTB: Jejak Radikal Terendus
Keheningan pagi di sebuah permukiman di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, mendadak pecah oleh iring-iringan kendaraan taktis dan aparat bersenjata lengkap. Satuan antiteror Densus 88 bergerak cepat dan senyap, mengamankan seorang pria yang diduga kuat terlibat jaringan terorisme.
Operasi ini bukan aksi mendadak tanpa dasar. Berdasarkan penelusuran intensif selama beberapa minggu terakhir, aparat berhasil mendeteksi aktivitas mencurigakan yang mengarah pada jejaring kelompok radikal yang berpotensi mengancam keamanan nasional.
Penangkapan Dini Hari dan Barang Bukti Ditemukan
Penangkapan dilakukan saat subuh, ketika sebagian besar warga masih tertidur. Pria berinisial “A”, usia 32 tahun, ditangkap di rumah kontrakannya tanpa perlawanan berarti. Dari lokasi, tim Densus 88 menyita sejumlah barang bukti, termasuk dokumen propaganda, perangkat elektronik, serta benda-benda yang diduga digunakan untuk latihan merakit bahan peledak.
“Penangkapan ini merupakan bagian dari upaya pencegahan dini terhadap potensi serangan teror. Terduga telah masuk dalam radar pemantauan kami sejak beberapa waktu lalu,” ujar salah satu sumber dari kepolisian.
Jejak Radikalisme: Dari Dunia Maya ke Dunia Nyata
Menurut keterangan awal dari pihak berwenang, terduga diketahui aktif di sejumlah forum tertutup di media sosial yang menyebarkan ideologi radikal dan anti-NKRI. Ia diduga ikut menyebarkan konten bermuatan ekstremisme dan menjadi simpatisan dari salah satu kelompok teroris yang telah dibekukan operasinya di Indonesia.
Tak hanya itu, pria ini juga diduga memiliki jaringan dengan kelompok-kelompok sejenis di wilayah lain, terutama di Sulawesi dan Jawa Timur.
“Ia bukan aktor tunggal. Ada kemungkinan dia bagian dari sel tidur yang menunggu momentum untuk bergerak,” imbuh sumber tersebut.
Reaksi Warga: Terkejut dan Tak Menyangka
Warga sekitar mengaku terkejut dengan penangkapan tersebut. Sosok “A” dikenal pendiam dan tidak menonjol dalam pergaulan sehari-hari. Ia jarang berinteraksi dengan tetangga dan lebih sering menyendiri di rumah.
“Kami tidak menyangka sama sekali. Selama ini dia biasa saja, tidak ada tanda-tanda aneh,” ujar seorang tetangga yang enggan disebut namanya.
Langkah Lanjutan dan Peringatan dari Densus
Saat ini, terduga sedang menjalani pemeriksaan intensif di markas Densus 88. Polisi juga tengah menelusuri lebih lanjut jejaring komunikasi dan transaksi yang pernah dilakukannya. Pemerintah mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan segera melapor jika menemukan aktivitas mencurigakan di lingkungannya.
Kapolda NTB menyatakan bahwa kerja sama antara warga dan aparat adalah kunci penting dalam menangkal ancaman teror.
“Radikalisme tidak tumbuh dalam sehari. Kami mengajak masyarakat untuk berperan aktif menjaga lingkungannya dari infiltrasi paham berbahaya,” tegasnya.
Penangkapan terduga teroris di Bima menjadi pengingat bahwa ancaman terorisme belum sepenuhnya hilang. Di tengah situasi sosial yang semakin kompleks, kewaspadaan kolektif menjadi benteng utama dalam menjaga keutuhan bangsa. Densus 88 kembali menunjukkan bahwa perang melawan radikalisme tak pernah berhenti—karena keamanan negeri adalah harga yang tak ternilai.